Kamis, 02 Februari 2012

KPK: TUHAN KEDUA ANAS[1]

Media televisi maupun media cetak akhir-akhir ini diramaikan dengan heatline nasib Anas dan Partai Demokrat. Partai besar yang memegang tonggak kekuasan pemerintahan. Tekanan atau cobaan baik kasus mikro maupun makro menghatam citra Partai Demokrat. Sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menjadi Dewan Penghormatan PD semakin tidak bisa tidur.

Semua kasus yang menghatam Ketua Umum Partai Demokrat berangkat dari nyanyian-nyanyian Nazaruddin. Sebelum Nazaruddin menjadi anak asuh pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR), dia sebagai pemegang kotak amal Partai Demokrat (Bendera Umum). Sosok Nazaruddin semula tidak banyak nongol di media, baik media televise atau cetak sekarang menjadi hiasan kaca media karena tersangkut kasus korupsi pembangunan wisma Atlet, Ambalat dan proyek PLN.
Merasa terpojok dengan tuntutan dan kesaksian di meja hijau, akhirnya Nazaruddin membeberkan petinggi partai yang ikut menikmati uang haram tersebut. Antara lain; Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Mirwan Amir, Andi Mallarangeng dan masih banyak lagi yang belum disebut Nazaruddin dipersidangan.
Merasa dilecehkan Anas lewat pengacaranya menutut balik Nazaruddin dengan tuduhan pencemaran nama baik. Gugatan Anas dianggab penghangat Nazaruddin dengan membeberkan nama-nama yang tidak pernah dibayangkan seperti Dahlan Iskan Menteri BUMN.
KPK…?
Beberapa kasus korupsi yang melibatkan petinggi-petinggi Partai Demokrat menjadi PR yang sangat berat bagi KPK. Lembaga yang menjadi hantu para koruptor ini harus bertarung dengan Gajah yang bersenjatakan kekuasaan.
Abraham Shamad (AS) panggilan akrab ketua KPK yang belum lama terpilih. AS orang baru di ibukota karirnya banyak berlalu lalang ditingkat regional. Menjadi penjabat di ibukota tidak segampang memakai sandal jepit. Apalagi pejabat yang mempunyai mandat pengambil keputusan.
Tidak sedikit para tokoh Nasional bahwa Jakarta kebun binatang yang dihuni hewan-hewan pemangsa manusia. Banyak orang baik-baik menjadi bajingan dan banyak bajingan yang sulit menjadi baik.
Petinggi-petinggi Partai Demokrat sangat resah dengan isu-isu yang dilontarkan Nazaruddin kepada Anas Urbaningrum (Ketum PD). Partai Demokrat semakin terburuk citra politiknya dihadapan masyarakat nusantara.
Berlanjutnya keterpurukan Partai Demokrat tergantung Anas dan KPK. Semakin lama KPK menvonis Anas semakin dalam keterpurukan Partai Demokrat di depan mata masyarakat. Karena sosok Anas dipandang sebagai sopir pengendali partai dengan posisinya sebagai Ketua Umum.
Partai Demokrat harus segera mengambil langkah cepat untuk memperbaiki citra politik menuju 2014. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengambalikan citra baik politik PD dengan cara memperjelas dan mendesak KPK agar segera memperjelas posisi hukum Ketua Umum.
Semua itu tidak mudah, Anas juga mempunyai power untuk membentengi dirinya. Saya yakin korupsi yang menyangkut Nazaruddin dengan membawa Ketua Umum berbentuk struktural, pasti ada oknum-oknum lain yang hanya mau menikmati uangnya tidak mau hukumannya.
Mana yang benar dan mana yang ngaku-ngaku benar….










[1] Penulis M. Supriyadi pengembala yang bising dengan isu-isu politik kekanak-kanakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar