Media televisi maupun media cetak akhir-akhir ini diramaikan
dengan heatline nasib Anas dan Partai Demokrat. Partai besar yang
memegang tonggak kekuasan pemerintahan. Tekanan atau cobaan baik kasus mikro
maupun makro menghatam citra Partai Demokrat. Sosok Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
yang menjadi Dewan Penghormatan PD semakin tidak bisa tidur.
Semua kasus yang menghatam Ketua Umum Partai Demokrat
berangkat dari nyanyian-nyanyian Nazaruddin. Sebelum Nazaruddin menjadi anak
asuh pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR), dia sebagai pemegang kotak
amal Partai Demokrat (Bendera Umum). Sosok Nazaruddin semula tidak banyak
nongol di media, baik media televise atau cetak sekarang menjadi hiasan kaca
media karena tersangkut kasus korupsi pembangunan wisma Atlet, Ambalat dan
proyek PLN.
Merasa terpojok dengan tuntutan dan kesaksian di meja hijau,
akhirnya Nazaruddin membeberkan petinggi partai yang ikut menikmati uang haram
tersebut. Antara lain; Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Mirwan Amir, Andi
Mallarangeng dan masih banyak lagi yang belum disebut Nazaruddin dipersidangan.
Merasa dilecehkan Anas lewat pengacaranya menutut balik
Nazaruddin dengan tuduhan pencemaran nama baik. Gugatan Anas dianggab
penghangat Nazaruddin dengan membeberkan nama-nama yang tidak pernah
dibayangkan seperti Dahlan Iskan Menteri BUMN.
KPK…?
Beberapa kasus korupsi yang melibatkan petinggi-petinggi Partai
Demokrat menjadi PR yang sangat berat bagi KPK. Lembaga yang menjadi hantu para
koruptor ini harus bertarung dengan Gajah yang bersenjatakan kekuasaan.
Abraham Shamad (AS) panggilan akrab ketua KPK yang belum lama
terpilih. AS orang baru di ibukota karirnya banyak berlalu lalang ditingkat
regional. Menjadi penjabat di ibukota tidak segampang memakai sandal jepit. Apalagi
pejabat yang mempunyai mandat pengambil keputusan.
Tidak sedikit para tokoh Nasional bahwa Jakarta kebun
binatang yang dihuni hewan-hewan pemangsa manusia. Banyak orang baik-baik
menjadi bajingan dan banyak bajingan yang sulit menjadi baik.
Petinggi-petinggi Partai Demokrat sangat resah dengan isu-isu
yang dilontarkan Nazaruddin kepada Anas Urbaningrum (Ketum PD). Partai Demokrat
semakin terburuk citra politiknya dihadapan masyarakat nusantara.
Berlanjutnya keterpurukan Partai Demokrat tergantung Anas dan
KPK. Semakin lama KPK menvonis Anas semakin dalam keterpurukan Partai Demokrat
di depan mata masyarakat. Karena sosok Anas dipandang sebagai sopir pengendali
partai dengan posisinya sebagai Ketua Umum.
Partai Demokrat harus segera mengambil langkah cepat untuk memperbaiki
citra politik menuju 2014. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengambalikan
citra baik politik PD dengan cara memperjelas dan mendesak KPK agar segera
memperjelas posisi hukum Ketua Umum.
Semua itu tidak mudah, Anas juga mempunyai power untuk
membentengi dirinya. Saya yakin korupsi yang menyangkut Nazaruddin dengan
membawa Ketua Umum berbentuk struktural, pasti ada oknum-oknum lain yang hanya
mau menikmati uangnya tidak mau hukumannya.
Mana yang benar dan mana yang ngaku-ngaku benar….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar