Senin, 05 Desember 2011

Bagaimana Cara Menulis Yang Baik dan Benar?

Dalam hal ini saya tidak berdiri dalam kapasitas sebagai guru atau mentor. Saya menuliskan ini semata-mata mencoba berdiri pada posisi penjawab.


Posisi penjawab pun dalam artian begini…
Dalam bayangan, bahwa ketika seorang guru memberi materi,  lalu beliau melontarkan pertanyaan, sekedar menguji konsetrasi muridnya. Apakah murid-muridnya benar-benar menyimak materi yang di sampaikan atau tidak.
Walau mungkin sang guru tidak benar-benar menginginkan jawaban muridnya itu. Sebab, pertanyaan itu di lontarkan hanya sebagai pembuka atau prolog, untuk selanjutnya masuk ke sesi pendalaman. Anda mengerti kan maksud saya?
Nah, dalam hal ini saya mencoba untuk terus menjawab, walau sang guru tadi tidak menginginkan jawabannya. :D

Dan pertanyaannya saya revisi sedikit. Karena saya rasa pertanyaan tentang benar salah agag sedikit kontroversi. Kawatir kita akan masuk ke wilayah “Debat benar salah”. Padahal saya hanya ingin berbagi pandangan tentang cara menulis yang lebih enak di baca.
Jadi anda tidak perlu terpengaruh dengan judul di atas yah..
Karena saya gunakan itu semata-mata untuk memberi magnit keingin-tahuan anda untuk terus membaca.. ?
Saya yakin, ini pertanyaan banyak orang yang gemar menyelami imajinasi fikirannya dan menuangkannya dalam bentuk tulisan.
  • Bagaimana cara menulis yang baik, enak di baca dan melekat kuat. Bahkan bisa nancap bagaikan paku yang di paksa masuk ke dalam beton dengan hentakan martil yang sangat kuat.
Terkadang kita sudah mencoba menulis. Menggunakan kiat-kiat dan patokan para penulis hebat, yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Katanya gunakan otak kanan dulu baru otak kiri. Supaya kita bisa lancar menulis dan tidak tersendat-sendat.
Walau tulisan acak-acakan dan tak karuan, biarkan saja. Tak usah di gubris. Nanti setelah itu baru deh di edit.
Ok semua sudah dilakukan, menulis semakin lancar, pengeditan dilakukan setelah semuanya ide sudah di tuangkan.
Namun, kegelisahaan itu muncul lagi. Setelah melakukan proses menulis bebas dan di edit kemudian. Tapi kok masih kurang enak untuk di baca. Kesannya asal dan samaskali tak memberi kesan yang greget.
anda pernah merasa seperti itu?
Sebelum masuk kesitu, kita pahami dulu. Apa sih fungsi sebuah tulisan? Tak lain dan tak bukan adalah sebagai jembatan komunikasi. Untuk menyampaikan sesuatu. Memberi sebuah informasi kepada orang tertentu, kepada pembaca tertentu. Diungkapkan lewat kalimat-kalimat yang di susun rapih. Agar orang yang membacanya bisa mengerti dan paham. Apa sih sebenarnya pesan di balik sebuah tulisan.
Nah disinilah letak ”ruang labil” yang perlu kita pahami.
Maksudnya ruang labil ini, begini…
Terkadang, maksud kita ingin menyampaikan pesan tentang A tapi kok setelah tulisan yang sudah kita buat itu, kita baca kembali. Rasa-rasanya tidak berbicara A sepenuhnya. Mungkin ada tentang A, tapi sedikit. tidak terlalu Menonjol!
Justru yang kita tulis adalah tentang ulah B yang berdampak pada A. Walau kesannya sama, tapi hasilnya Tentu akan berbeda.
Misalnya saya ingin membahas tentang “Menulis Yang Baik dan Benar”. Tapi setelah selesai menulis. Lalu saya pahami dalam-dalam, rasa-rasanya saya tersadar, bahwa ternyata saya membahas tentang “motivasi menulis”. Bukan tentang menulis yang baik dan benar.
Walau temanya sama-sama Tentang Menulis. Tapi sudut pandangnya berbeda. Dan ini akan sangat mempengaruhi kefokusan sudut pandang yang saya buat sebelumnya. Berarti mengurangi upaya pendalaman pada sudut pandang yang saya buat.
Nah, balik lagi ke pertanyaan di atas tadi.
  • Lalu Bagaimana cara menulis yang enak, bagus, berkesan dan pesan yang ingin disampaikan bisa di terima dengan baik oleh pembaca?
Jawabannya adalah
  • Pertegas Sudut Pandang dan Usahakan agar Tetap Fokus pada Sudut Pandang itu.
Kalau kita ingin menyampaikan tentang A, yah kita harus bicara A. Agar apa yang kita sampaikan tentang A itu bisa benar-benar di pahami oleh pembaca. Jangan biarkan kita terpancing untuk mengatakan lebih banyak melebihi apa yang ingin kita sampaikan. Hanya karena kita ingin mengatakan lebih banyak.
Berusahalah untuk tetap berada di jalur pesan sentral yang ingin banget di sampaikan. Walau sebenarnya anda tidak hanya bisa mengatakan tentang A.
ini ada kaitannya dengan tulisan saya sebelumnya. tentang menulis yang membutuhkan sedikit keberanian.
saya rasa, jika kita memiliki sudut pandang yang jelas, spesifik dan benar-benar fokus disitu. Sepertinya rasa cemas atau takut di tentang dan di acuhkan itu, bisa mulai kita kikis.
memiliki sudut pandang yang jelas, akan mengurangi kemungkinan wacana melebar kemana-mana. kita juga bisa mengatasi respon pembaca yang liar dan membuat kita pusing sendiri. kita bisa mengajak pembaca untuk fokus pada apa yang ingin kita tebarkan.
jadi kesimpulannya, Setia pada sudut pandang yang akan di sampaikan, akan memberi kesan yang utuh pada sebuah persoalan yang ingin di bicarakan.
semoga yang sedikit ini bisa membantu…
Salam….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar