Kamis, 08 Maret 2012

SENAYAN GARIS MIRING DOLLY


Judul ini terinspirasi dari coretan Wartawan di Koran Warta Kota edisi Rabu, 7 Maret 2012. Kabar yang sangat tidak enak didengar dari Senayan. Memang akhir-akhir ini Senayan bagaikan tempat sampah yang sampahnya sudah membusuk, bau-bau tidak sedap sering bertebaran mengikuti hembusan angin.
 
Belum lama ini, bau tidak sedap muncul dari Senayan tentang rencana renovasi Gedung DPR, renovasi toilet yang memakan uang bermiliar-miliaran, pengadaan kalender, renovasi gedung Badan Anggaran DPR (BANGGAR) dan sekarang banyak ditemukan kondom-kondom berserakan di Gedung DPR. Tidak semestinya kabar kondom-kondom berserakan keluar dari badan yang terhormat. Hal ini semestinya biasa kalau ada kondom-kondom beserakan di tempat prostusisi, Dolly misalnya. Tapi sayangnya hal ini terjadi di kantor Wakil Rakyat.

Kabar tidak sedap ini mendapat pandangan utama dari Ketua DPR Marzuki Ali. “Banyaknya perkosaan dan tindakan asusila karena perempuan tidak sopan dalam berpakaian” kata Marzuki Ali kepada Wartawan Koran Warta Kota (Rabu, 7 Maret 2012).

Saya menggap pernyataan ini sangat tidak obyektif. Tindakan asusila atau perkosaan itu terjadi karena ada dua insan lawan jenis.  Kita tidak bisa menyalahkan wanita semata. Jangan kita jadikan wanita sebagai tameng legitimasi kaum pria.

Kabar yang serupa pernah kita dengar saat akhir dari penumbangan Orde Baru. Saat Mahasiswa dari penjuru daerah di Indonesia berhijrah ke Ibukota untuk ikut menumbang Orde Baru kabar bertebaran kondom di gedung DPR pun mewarnai citra aksi perjuangan Mahasiswa. Saat para Mahasiswa berhasil menduduki Gedung DPR dari tangan Militer dan Polisi, keluar kabar yang tidak mengenakan bahwa ada Mahasiswa melakukan seks bebas digedung DPR. Kabar ini belum ada yang membenarkan, apakah nama Mahasiswa hanya dijadikan kambing hitam, atau mulai dulu memang Gedung DPR sudah dijadikan tempat prostitusi para Dewan…?

Kalau kita mengingat kembali perkataan Gus Dur menanggapi perilaku Dewan yang semakin ruwet “bubarkan aja DPR”. Memang ada benarnya perkatan Gus Dur tersebut, karena DPR hanya membuat negara ini menjadi ruwet dan tidak mermartabat.

Berteriliun-teriliunan uang negara habis di makan tikus-tikus di Senayan. DPR tidak pantas lagi diberi singkatan Dewan Perwakilan Rakyat akan tetapi lebih cocok Dewan Perampok Rakyat. Karena kerjanya hanya rakyat sebagai tumbal “proposal anggaran” dan negara sebagai “sesembahan kekayaan”.

 M. Supriyadi
staff CONCERN (Consultan and Research) - Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar