Judul ini terinspirasi
dari coretan Wartawan di Koran Warta Kota edisi Rabu, 7 Maret 2012. Kabar yang
sangat tidak enak didengar dari Senayan. Memang akhir-akhir ini Senayan
bagaikan tempat sampah yang sampahnya sudah membusuk, bau-bau tidak sedap
sering bertebaran mengikuti hembusan angin.
Belum lama ini, bau tidak
sedap muncul dari Senayan tentang rencana renovasi Gedung DPR, renovasi toilet
yang memakan uang bermiliar-miliaran, pengadaan kalender, renovasi gedung Badan
Anggaran DPR (BANGGAR) dan sekarang banyak ditemukan kondom-kondom berserakan
di Gedung DPR. Tidak semestinya kabar kondom-kondom berserakan keluar dari
badan yang terhormat. Hal ini semestinya biasa kalau ada kondom-kondom
beserakan di tempat prostusisi, Dolly misalnya. Tapi sayangnya hal ini terjadi
di kantor Wakil Rakyat.
Kabar tidak sedap ini
mendapat pandangan utama dari Ketua DPR Marzuki Ali. “Banyaknya perkosaan dan
tindakan asusila karena perempuan tidak sopan dalam berpakaian” kata Marzuki
Ali kepada Wartawan Koran Warta Kota (Rabu, 7 Maret 2012).
Saya menggap pernyataan
ini sangat tidak obyektif. Tindakan asusila atau perkosaan itu terjadi karena
ada dua insan lawan jenis. Kita tidak
bisa menyalahkan wanita semata. Jangan kita jadikan wanita sebagai tameng
legitimasi kaum pria.
Kabar yang serupa pernah
kita dengar saat akhir dari penumbangan Orde Baru. Saat Mahasiswa dari penjuru
daerah di Indonesia berhijrah ke Ibukota untuk ikut menumbang Orde Baru
kabar bertebaran kondom di gedung DPR pun mewarnai citra aksi perjuangan Mahasiswa.
Saat para Mahasiswa berhasil menduduki Gedung DPR dari tangan Militer dan Polisi,
keluar kabar yang tidak mengenakan bahwa ada Mahasiswa melakukan seks bebas
digedung DPR. Kabar ini belum ada yang membenarkan, apakah nama Mahasiswa hanya
dijadikan kambing hitam, atau mulai dulu memang Gedung DPR sudah dijadikan
tempat prostitusi para Dewan…?
Kalau kita mengingat
kembali perkataan Gus Dur menanggapi perilaku Dewan yang semakin ruwet “bubarkan
aja DPR”. Memang ada benarnya perkatan Gus Dur tersebut, karena DPR hanya
membuat negara ini menjadi ruwet dan tidak mermartabat.
Berteriliun-teriliunan
uang negara habis di makan tikus-tikus di Senayan. DPR tidak pantas lagi diberi
singkatan Dewan Perwakilan Rakyat akan tetapi lebih cocok Dewan Perampok
Rakyat. Karena kerjanya hanya rakyat sebagai tumbal “proposal anggaran” dan
negara sebagai “sesembahan kekayaan”.
staff CONCERN (Consultan and Research) - Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar