Jumat, 29 Juni 2012

PENGADILAN JALANAN MENJADI PILIHAN


M. Supriyadi
Peneliti Concern

Pengadilan jalanan (tawuran, bentrok, main hakim sendiri, dst) merupakan gejala sosial yang harus diatasi. Seperti yang terjadi di Tangerang, bentrok kelompok Forum Betawi Rempug (FBR) dengan kelompok Pemuda Pencasila (PP). Pengadilan jalan menjadi pilihan karena masyarakat menilai bahwa pengadilan pemerintah “mandul”. Hanya orang-orang elit dan berduit yang bisa mendapat fonis hukum yang sesuai dengan keinginannya. Rakyat miskin hanya sebuah tumbal keadilan hukum.
Salah satu penyebab terjadi bentrok adalah ketersinggungan masyarakat terhadap sistem pemerintah yang amburadul. Merasa jalan yudisial terhalangi dengan konspirasi elit politik, bentrok, tawuran, main hakim sendiri menjadi jalan penyelesaian.
Pemerintah harus intropeksi diri. Apakah selama ini pemerintah benar-benar menjalankan roda birokrasi sesuai sudah sesuai dengan harapan masyarakat? Masyarakat merasa jenuh dengan kinerja pemerintah yang hanya memperkaya diri, keluarga dan koleganya. Kasus Hambalang dan Wisma Atlet serta kasus-kasus lain merupakan residu yang akan mengarah pada kemarahan masyarakat. Di tengah kerasahan masyrakat mencari sesuap nasi untuk keluarganya di sisi lain pemerintah hanya disibukkan dengan tender-tender proyek yang tidak berguna.
Pemerintah membuta dan “ngopok” terhadap gejolak sosial. Hal ini yang menjadi dasar masyarakat kadang menolak taat hukum.
Begitu juga dengan aparat Polisi yang seolah-oleh menganggap konflik sosial ini merupakan budaya yang sudah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Saat aparat hukum membutakan mata terhadap gejolak sosial yang terjadi, semakin angker negeri ini. Di huni demit-demit berdasi dan peranakan kuntilanak Cikeas, yang mencari mangsa darah segar untuk menambah kekuatan dalam mencekik rakyat.
***Ditulis saat menghadirii Studium Generale Univeritas Nasional - Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar