Pagelaran kesenian khas Jawa Timur-an
Ludruk di Taman Ismail Marjuki – Jakarta yang disponsori MNC Group telah memberi arti tentang perdamaian
di kubu TNI-Polri. TNI dan Polri merupakan dua panji negara dalam membentengi keamanan
dan keutuhan NKRI. Akan tetapi dibalik fungsi dan peran TNI-Polri banyak
dipolitisir untuk kepentingan tertentu. Hal ini yang menjadikan rapuhnya
benteng keamanan bangsa Indonesia.
Ludruk yang berjudul “Selor” yang
diperankan tokoh utama Irjen Pol. Untung S Radjab (Kapolda Metro Jaya) dengan
Mayjen TNI Waris (Pandam Jaya) memberikan makna kedamaian dibalik peran seorang
pemimpin pasukan keamanan.
Perebutan Bibit Permatasari gadis
desa yang anggun, santun dan cantik yang sebelumnya sudah dilamar Kang Waris
untuk dinikahkan dengan Selor akhirnya direbut Wahyudi putra Cak Untung. Merasa
harga dirinya diinjak-injak, Selor tidak terima dengan kelakuan Wahyudi. Seketika,
Selor dengan membawa clurit “ngluruk” ke rumah Cak Untung mencari Wahyudi
untuk dibunuh karena ada dendam percintaan. Amarahnya Selor memuncak setelah
melihat Wahyudi sudah menikah dengan Bibit Permatasari. Akhir kedua orang
tuanya ditemukan untuk ikut campur dalam meredam konflik tersebut. Setelah
ketemu, seketika kedua orang tuanya saling rangkul-rakulan, karena semasa kecil
keduanya teman dari Jawa Timur. Hanya status sosial yang membedakan keduanya, Cak
Untung memilih pendidikan Akpol--menjadi Polisi sedangkan kang Waris memilih
pendidikan Akabri--menjadi TNI Pangdam Jaya. Sikap pemimpin yang bijak
seharus meniru dari kisah Ludruk yang berjudul “Selor”. Bukan sebaliknya,
seorang pemimpin menjadi Dalang dibalik konflik TNI-Polri.
Bangsa ini memang biadab. Dengan
meningkatnya angka korupsi dibarengi dengan rapuhnya keamanan yang mengkibatkan
hilangnya rasa aman. Maraknya pelaku kriminal diperkotaan sampai pedesaan
membuat resah hidup di negeri ini. Tidak sedikit rakyat Indonesia yang mampu
dalam segi biaya memilih pindah keluar negeri Singapur, Thailand, Malaysia
untuk mencari perlindungan dibawah kekuasaan yang menjamin keamanan dan rasa aman.
Keamanan merupakan kebutuhan
sekunder yaqng harus dipenuhi. Citra baik bangsa di mata bangsa lain juga
dilihat kondisi kemananan bangsa tersebut dalam menjamin keamanan rakyatnya.
Semoga dengan penimpilan drama
Ludruk “Selor” menjadi bahan renungan bagi pemimpin negeri ini bahwa pentingnya
keamanan untuk menciptakan rasa aman. Arogansi rakyat bukan semata-mata sifat
dan budaya, akan tetapi merupakan residu dari kepercayaan sistem yang dibangun
pemerintah semakin tidak jelas arahnya. Yang miskin semakin melarat, yang kaya
semakin jadi konglomerat.
(ditulis dalam gedung Bhakti Budaya
– TIM Jakarta)
Muhammad "Mbah" Supriyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar