Kamis, 05 Juli 2012

PERDAMAIAN DI ATAS PANGGUNG LUDRUK (Renungan Nisfu Sya’ban)


Pagelaran kesenian khas Jawa Timur-an Ludruk di Taman Ismail Marjuki – Jakarta yang disponsori MNC Group telah memberi arti tentang perdamaian di kubu TNI-Polri. TNI dan Polri merupakan dua panji negara dalam membentengi keamanan dan keutuhan NKRI. Akan tetapi dibalik fungsi dan peran TNI-Polri banyak dipolitisir untuk kepentingan tertentu. Hal ini yang menjadikan rapuhnya benteng keamanan bangsa Indonesia.
Ludruk yang berjudul “Selor” yang diperankan tokoh utama Irjen Pol. Untung S Radjab (Kapolda Metro Jaya) dengan Mayjen TNI Waris (Pandam Jaya) memberikan makna kedamaian dibalik peran seorang pemimpin pasukan keamanan.
Perebutan Bibit Permatasari gadis desa yang anggun, santun dan cantik yang sebelumnya sudah dilamar Kang Waris untuk dinikahkan dengan Selor akhirnya direbut Wahyudi putra Cak Untung. Merasa harga dirinya diinjak-injak, Selor tidak terima dengan kelakuan Wahyudi. Seketika, Selor dengan membawa clurit “ngluruk” ke rumah Cak Untung mencari Wahyudi untuk dibunuh karena ada dendam percintaan. Amarahnya Selor memuncak setelah melihat Wahyudi sudah menikah dengan Bibit Permatasari. Akhir kedua orang tuanya ditemukan untuk ikut campur dalam meredam konflik tersebut. Setelah ketemu, seketika kedua orang tuanya saling rangkul-rakulan, karena semasa kecil keduanya teman dari Jawa Timur. Hanya status sosial yang membedakan keduanya, Cak Untung memilih pendidikan Akpol--menjadi Polisi sedangkan kang Waris memilih pendidikan Akabri--menjadi TNI Pangdam Jaya. Sikap pemimpin yang bijak seharus meniru dari kisah Ludruk yang berjudul “Selor”. Bukan sebaliknya, seorang pemimpin menjadi Dalang dibalik konflik TNI-Polri.
Bangsa ini memang biadab. Dengan meningkatnya angka korupsi dibarengi dengan rapuhnya keamanan yang mengkibatkan hilangnya rasa aman. Maraknya pelaku kriminal diperkotaan sampai pedesaan membuat resah hidup di negeri ini. Tidak sedikit rakyat Indonesia yang mampu dalam segi biaya memilih pindah keluar negeri Singapur, Thailand, Malaysia untuk mencari perlindungan dibawah kekuasaan yang menjamin keamanan dan rasa aman.
Keamanan merupakan kebutuhan sekunder yaqng harus dipenuhi. Citra baik bangsa di mata bangsa lain juga dilihat kondisi kemananan bangsa tersebut dalam menjamin keamanan rakyatnya.
Semoga dengan penimpilan drama Ludruk “Selor” menjadi bahan renungan bagi pemimpin negeri ini bahwa pentingnya keamanan untuk menciptakan rasa aman. Arogansi rakyat bukan semata-mata sifat dan budaya, akan tetapi merupakan residu dari kepercayaan sistem yang dibangun pemerintah semakin tidak jelas arahnya. Yang miskin semakin melarat, yang kaya semakin jadi konglomerat.

(ditulis dalam gedung Bhakti Budaya – TIM Jakarta)
Muhammad "Mbah" Supriyadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar