Rabu, 17 Oktober 2012

PARTAI ISLAM TIDAK LAKU JUAL, Kasihan deh looooooo…!


Hipotesis
Partai yang menggunakan dalil agama sebagai legitimasi politik, sedangkan kenyataannya bertolak belakang dengan nilai dan ajaran agama, maka apatisme masyarakat terhadap partai tersebut 2x lipat dibandingkan dengan partai yang tidak menggunakan dalil agama sebagai legitimasi politik.

Tulisan ini hanya fokus pada partai-partai Islam yang didirikan setelah tumbangnya Orde Baru (Orba) 1998. Tumbangnya Orba disambut dengan bermacam-macam model apresiasi politik. Munculnya partai-partai baru pada Pemilu 1999. Ini menunjukkan gerang kebebasan berpolitik mulai kelihatan.

Pada transisi reformasi—pada Pemilu 1999 yang diikuti 48 parpol, mulai parpol yang berasaskan agama, komunitas buruh sampai dengan komunitas yang tidak jelas. Dari Islam, lahir PKMI, PUI, PKU, PMB, PPP, PSII, PAY, PAN, PSII 1905, PPIIM, PBB, PKS, PNU, PID, PKB, PUMI. Hadirnya 16 parpol yang berasaskan Islam seharus dapat mengendalikan dan meminimalisir problem-problem sosial yang dihadapi kaum Muslimin nusantara. Seperti: kemiskinan, pendidikan mahal, diskriminasi, dst. Akan tetapi sebaliknya, banyaknya partai-partai Islam, menjadikan kaum Muslimin semakin terkotak-kotak sesuai kepentingan politik kepartaian.

Setelah cukup lama partai Islam masuk dalam percaturan politik nasional, tidak ada hasil yang nyata dari komitmen perjuangan. Kehadirannya tidak beda jauh dengan partai-partai nasionalis. 

Rakyat berharap, dengan munculnya kembali Islam pada ranah politik dimaksud mampu menjembatani problem-problem sosial yang terjadi. Ketergantungan rakyat pada partai Islam sangat kompleks agar masalah sosial bisa diatasi dengan pendekatan nilai-nilai dan implementasi ajaran agama.

Tetapi, semua hanya literatu yang tertulis rapi dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) partai. Kenyataan dilapangan, tidak sedikit kader-kader partai Islam yang ikut menyelam konspirasi politik hitam (balck political). Korupsi, lobi-lobi kekuasaan yang semuanya hanya untuk memperkaya diri dan koleganya. Lebi sadisnya lagi, partai Islam (PKS, PKB dan PPP) masuk dalam deretan 7 besar partai terkorup (Indopos, Rabu 17/10/2012).

Rakyat marah—harapan punah. Tidak layak lagi partai Islam hadir dan ikut dalam pertarungan politik praktis. Hanya diam, tatkala ada problem yang tidak sesuai dengan ajaran agama, karena tekanan garis partai dan kualisi. Kualisi sudah mengalahkan mabda’ siyasi semangat pergerakan Islam. Islam hanya suplemen penyegar politik, yang dinilai murah dan efesien. 

Bubarkan partai Islam. Jangan nodai Islam dengan kepartaian yang tidak jelas ujung perjuangannya. Lebih baik, kader-kader Islam masuk dalam partai-partai nasionalis dengan membawa ideologi Islam untuk perubahan politik yang pro rakyat.

Muhammad “Mbah” Supriyadi
Fokus Kajian Agama dan Politik
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar