Sebagian orang
menganggap kata Chak-Chuk sebagai kata yang melanggar norma
sosial. Di Surabaya kata Chak Chuk menjadi sapaan keakraban persaudaran. Kalangan
tokoh lunguistik sepakat, tidak ada bahasa yang melanggar norma sosial, kecuali
kesepakatan sosial yang tidak menyepakatai keberadaan bahasa tersebut.
Sebagian
orang memaknai ibadah haji dengan 1001 makna. Bahkan ada orang yang berangkat
haji tidak menemukan dari ibadah yang dikerjakaan dalam hajinya. Ada yang
memaknai haji dengan pendekatan sirah (sejarah) yang diberikan kiai saat
ceramah atau pengajian. Saya katakan aneh, Cak Iful memaknai haji dengan
analisis kultural yang dikuatkan dengan nilai-nilai yang terimplementasi dari
setiap gerak, ucap dan renungan dalam rukun-rukun haji.
Mindset sebagian orang
Indonesia yang belum diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah haji, membayangkan
bahwa Makkah dan Madinah tempat yang bersih dari segala tingkah—polah syaitan
manusia. Tapi sebaliknya, dengan warisan budaya jahiliyahnya yang sangat
kental, banyak penipuan yang berkedok agama saat musim haji. Misalnya; pungli-pungli
jasa keamanan mencium Hajar Aswad, dan lain sebagainya.
Ir. Saiful Peristiwanto (Cak Iful) |
Cak Iful dalam
hajinya banyak menemukan catatan fakta yang bertentang dengan realita cerita
saat kita mendengar cerita orang yang baru datang dari Makkah atau Madinah. Pertama,
kita sering mendengar, saat adzan dikumandangkan, tujjar/pedagang sekeliling
kawasan Ka’bah berlarian meninggalkan dagangannya untuk melakukan sholat. Bagi kita
yang tidak mengerti, perbuatan itu merupakan langkah kongkrit penghambaan
kepada Allah tanpa memikirkan dunia (barang dagangannya). Kenyataannya tidak
seperti itu, larinya pedagang yang meninggal dagannya untuk melaksanakan sholat
merupakan tuntutan kerajaan, sebagai tercantum dalam undang-undang, dengan
sangsi kurungan Tiga bulan bagi yang mengingkarinya. Dari realita tersebut
dapat ditarik “benang merah” bahwa kadar keataatan penghambaan dengan sikap “nyata”
tidak lebih baik dengan muslim Indonesia.
Kedua, banyak jama’ah
haji yang bercerita saat datang ditanah suci, ada sebagian jamah yang tidak
diberi kesempatan untuk melihat Ka’bah. Ka’bah menurut sebagain umat Muslim
sebagai “punjer” penghambaan. Mungkin karena, amal perbuatan waktu di daerah
asalnya yang jauh dari perintah Allah. Cak Iful mempunyai pandangan lain untuk
menyikapi opini-opini tentang sebagaian jamaah haji yang tidak mampu melihat ka’bah.
Dengan kadar panas matahari dan rendahnya kelembaban udara di kawasan ka’bah
mengakibatkan dehedrasi daya tubuh yang mengakibatkan pengaburan pandangan. Secara
rasional, Allah tidak akan menyulitkan hambanya yang berusaha bertobat.
Ketiga, kiai gadungan. Istilah
kiai gadungan sudah diungkapkan Al Gazali dalam kitabnya bidayatul hidayah
dengan sebutan ulama su’. dalam ibdah haji, Kementerian Agama RI, telah menyewa
tenaga ahli dalam bidang haji, yang pasti seorang kiai, dengan gaji mencapai
50.000.000 sebagai pembimbing jamaah haji saat menunaikan rukun-rukun haji. Akan
tetapi, langkah ini banyak dipolitisasi oleh para kiai yang ditunjuk, karena di
Makkah sudah disediakan pembimbing oleh KBRI Makkah. Artinya, fungsi pembimbing
usulan Kemenag hanya memakan gaji buta.
Disamping catatan-catatan
yang terfokus pada amalan-amalan haji, Cak Iful dalam perjalannya menunaikan
haji yang pertama, juga mempunyai catatan tentang pelayanan Kemenag yang jauh
dengan kata “normal”. Setiap kegaiatan, banyak terdapat pungli-pungli yang
memanfaatkan kondisi untuk menarik keuntungan di luar peraturan.
Dalam pendafatran
haji, dana pertama yang harus disetorkan kepada pihak bank minimal 25.000.000 dengan
masa tunggu sekitar Tigabelas tahun. Rasio membuktikan, kalau uang 25 juta di
bank selama 13 tahun, berapa bunga yang dihasilkan dan kemana bunga tersebut? Hanya
oknum-oknum yang berwenang, yang memanfaatkan bunga tersebut dan sampai
sekarang keberadaan bunga dari uang pendafataran masih “semu”
Setiap jama’ah
haji, yang tercatat Kemenag akan diberikan sertifikat kehajiaanya dari
pemerintah sebagai legalitas ibadah haji. Dalam penerimaan sertifikat ini, juga
terdapat pungli-pungli negara, untuk menarik uang sebagai ganti administrasi
sertifikat.
Makanan busuk, juga
menjadi problem sebagai potret lemahnya manajemen ibadah haji. Kasus ini sering
terjadi dipemondokan-pemondokan jama’ah, dengan alasan busuknya makanan karena
lamanya jamaah haji menuju tempat prasmanan. Cak Iful menemukan fakta, bahwa
busuknya makanan bukan masalah waktu. Busuknya makanan karena makanan yang
disediakan tidak sesuai dengan standarisasi Kemenag. Juga ditemukan dalam
penyediaan makanan terdapat rente-rente pungli Kemenag dengan disupcontkan pada
cattering Makkah dengan harga yang sudah disunat. Akibatnya, makanan yang
diterima jamaah haji tidak memenuhi standar kesehatan dan banyak jamaah yang
terkena sakit pencernaan akibat mengkonsumsi dari makanan yang tidak layak
dikonsumsi.
Closing statement—marilah kita
memaknai ibadah haji sebagai ibadah fisik untuk menapak penghambaan secara riil
sebagai dasar untuk mengimplementasikan ajaran-ajaran Allah dalam kehidupan
bermasyarakat. Jangan memaknai haji sebagai
anugrah dan kenikamatan yang akhirnya membawa keterlenaan kita untuk
menghamba kepada Allah, dan hanya menikmati keindahan kota Makkah dan Madinah
sebagai bahan bicara saat pulang ke kampung halaman. Semoga Cak Iful
digolonggkan haji rasional sebagai spirit untuk menemukan makna haji mabrur. Nantikan
kisah-kisah rasional perjalanan haji Cak Iful, dengan motto “Spirit Indonesia”
yang akan dibukukan sebagai kritik yang membangun bagi penyelenggara haji untuk
memperbaiki sistem dan manajemen haji yang lebih baik, dan bagi jamaah haji,
semoga dapat menjadi hujjah serta pengingat makna setiap langkah haji
menurut rasional sehat. Semangat cak Iful tulisan anda ditunggu banyak ummat…!
Siapa Cak Iful..?
Cak Iful, bagian
dari inspirasi lahkahku. Cak Iful dikalangan pergerakan 1998 dikenal sebagai
tokoh penggerak ujung tumbak wilayah Jawa Timur. Saya banyak belajar pergerakan
dengan beliau, saat bersama-sama aktif memperjuangkan keadilan Cagub Cawagub
independen dalam Pilgub Jatim 2008 dalam satu wadah Republik Damai. Gagasan-gagasan
visioner sering muncul seketika dengan dibarengi balutan rokok dan kopi hitam
sambil menggerakan master-master catur, merupakan ciri khas Cak Iful. Sekarang beliau
lagi bergelut dengan irama kehidupan untuk menapak penghambaan yang lebih baik
dan berarti.
Minyak.
23 November 2012
Muhammad “Mbah”
Supriyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar