Euforia kemenangan Barack Obama yang kedua setelah mengalahkan Mitt
Romney memberikan kegembiraan tersendiri bagi pendukungnya di penjuru dunia. Kemenangan
Obama juga memberikan “benang merah” hilangnya diskriminasi kulit hitam di
Amerika.
Pada tahun 1607-1807 kulit hitam keturunan Afrika diperjual belikan sebagai
budak di Amerika. Hal ini mendapat pertentangan dan penghapusan dari Abraham
Lincoln Presiden AS pada tahun 1860. Perbudakan pun dihapus pada 1863 melalui
status hukum. Dibuktikan dengan kemenagan Obama, Capres dari golongan
Kulit Hitam mengungguli perolehaan suara Romney dari golongan kulit Putih.
Kemenangan Obama yang kedua, diharapkan dapat mempertebal dan meriilkan
hubungan bilateral dengan Indonesia. Kepemimpinan Obama yang pertama,
menyatukan kembali hubungan bilateral RI-AS yang lama renggang akibat, ekspansi
AS dibawah komando Bush pada negara Islam, Iran dan Afganistan. Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, melontarkan brontak terhadap arogansi
militer AS pada rakyat Muslim di Iran dan Afganistan. Spanduk-spanduk yang
bertuliskan pemboikotan produk-produk Amerika dan “gayang Amerika—gayang Bush” terpampang
di seluruh wilayah Nusantara.
Setelah terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika Serikat dari keturunan
kulit hitam, hubungan RI-AS kembali membaik. Tidak mustahil kalau kepemimpinan
Obama memberikan dampak yang positif terhadap hubungan bilateral. Dalam catatan
garis kehidupan Obama pernah tertoreh hidup di Indonesia. Mulai kecil sampai
Sekolah Dasar, Obama hidup dan sekolah di Menteng-Jakarta Selatan.
Dalam bidang ekonomi, kerjasama Indonesia-AS ditindaklanjuti dengan
pembelian pesawat Boeing 737 untuk maskapai penerbangan Lion Air. Di bidang
pertahanan, kerjasama Indonesia—AS terlihat pada pemantapan dan peningkatan
keahlian pertahanan untuk pasukan militer Indonesia, dan hibah pesawat tempur
militer AS untuk militer Indonesia sebagai peningkatan fasilitas pertahanan
nasional.
Obama juga bekerjasama dengan Indonesia untuk memerangi kejahatan trans internasional
(internasional crime) antara lain terorisme. Kejahatan terorisme
mendapat perhatian khusus oleh Amerika setelah pengeboman Gedung Putih 11
September 2001 (serangan 11 september 2011) yang dilakukan kelompok Usamah bin
Laden. Indonesia-As bekerjasama untuk meminimalisir dan mempersempit ruang
gerak teroris dengan kerjasama dibidang ketahanan dan keamanan.
Nasib Freeport di Balik Kemenagan Obama Jilid II
Bisa jadi hubungan bilaterial RI-AS yang semakin membaik, akan berdampak
pada ketakutan pemerintah untuk menentukan nasib kontrak Freeport. Arogansi investor
freeport dalam mengekploitasian Sumber Daya Alam (SDA) di Tembaga Pura- Mimika –
Papua tanpa diimbangi dengan pemberdayaan SDM lokal dan peningkatan
perekonomian daerah.
Konflik horisontal dengan lahirnya sparatis bersenjata, merupakan “potret”
kesenjangan perekonomian. Begitu juga dengan konflik elit politik untuk
merebutkan rente-rente perekonomian dari Freeport. Rakyat kecil hanya sebuah
tumbal kepentingan elit politik, tapi rakyat kecil yang harus menanggung
resikonya.
Pemerintah Indonesia harus mempunyai gagasan visioner untuk menentukan
nasib SDA san SDM di Timika. Pemerintah terasa puas dengan pajak yang dibayar
PT. Freport Indonesia, padahal itu sangat kecil dibandingkan hasil dari tambang
Mas dan Tembaga yang didapatkan. Kontrak Freeport terhadap pemerintah Indonesia
banyak “pembohongan dan penipuan” secara legalitas hukum. Pemerintah harus
bangkit, untuk memikirkan kesejahteraan dan keutuhan wilayah Timika. Kesenjangan
perekonomian di kawasan Timika berpotensi menimbulakan gesekan-gesekan konflik
vertikal rakyat-pemerintah penguasa untuk memerdekaan diri dari NKRI.
Muhammad “Mbah”
Supriyadi
Peneliti ConcerN
(Concultan and Research) - Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar